Saturday, June 16, 2012

Peri Hujan

Pagi ini awan mendung mengepung kota kecil ini. Perlahan-lahan rintik hujan turun berjatuhan, membentuk suara merdu yang saling beradu. Hujan selalu mengingatkan ku padamu. Tawa ceria mu selalu kau keluarkan disaat kita menari bersama hujan. Entah mengapa disaat hujan aku selalu teringat padamu, bocah kecil yang sering memanggil ku dengan sebutan peri hujan. Dihari ini hujan kembali membawa ku ke memori lalu, saat kita saling tertawa bersama tanpa ada satu pun yang kita fikirkan selain kebahagiaan. Aku rindu saat-saat itu, saat kita dapat bermain, tertawa, berkejaran, terjatuh, menangis, dan akahirnya tertawa lagi tanpa pernah memikirkan apapun. Hei pangeran hujan yang kini mungkin tidak mau lagi bermain dengan ku. Aku tau status sosial mu sudah berbeda dengan ku, mungkin kini kau hanya mau berteman dengan orang yang mempunyai harta berlimpah, dengan orang-orang yang memandang perteman dengan harta. Tapi maukah sedikit kamu menggigat kejadian 10 tahun yang lalu, saat kamu bisa tertawa lepas tanpa uang, saat kamu bisa merasakan sebuah pertemanan yang tulus tanpa memandang harta? Maukah kau bagi lagi tawamu dengan teman-teman kecil mu? Maukah kamu tersenyum kepada peri hujan mu? Aku tunggu kamu disini, kapanpun kamu datang, akan kuajak kau menari dalam hujan.

No comments:

Post a Comment